INDONESIA UPDATED. Indonesia U-23 telah memastikan diri lolos ke babak semi-final SEA Games 2013. Bisa dibilang, lolosnya skuat yang dilatih Rahmad Darmawan itu juga dinaungi faktor keberuntungan.
Bagaimana tidak, setelah sempat merasa pesimistis dengan peluang untuk lolos lantaran kalah dalam selisih gol dari Myanmar, pada akhirnya semangat para penggawa Garuda Muda kembali membubung setelah mengetahui bahwa penentuan untuk lolos adalah dengan sistem head-to-head.
Seperti diketahui, sebelum laga melawan Myanmar, Timnas U-23 baru mengoleksi poin empat dengan selisih gol minus dua. Sebaliknya, tim tuan rumah yang berada di peringkat kedua surplus lima gol dengan poin tujuh.
Jika penentuannya menggunakan sistem selisih gol lebih dulu, maka Rizki Ramdani Lestaluhu dan kawan-kawan harus menang atas Myanmar dengan margin minimal empat gol. Jelas, itu merupakan tugas yang berat, meski kemungkinan terjadi tetap ada, mengingat performa apik yang ditampilkan Kyaw Ko Ko dan kawan-kawan dalam tiga pertandingan sebelumnya.
Namun, jika penentuannya menggunakan sistem head to head, yang dilihat adalah hasil dari pertandingan saat kedua tim bentrok. Praktis, dengan sistem ini Timnas U-23 hanya butuh menang atas Myanmar - berapapun skornya. Sedangkan Myanmar hanya butuh hasil imbang.
Pada kenyataannya, Garuda Muda mampu menang tipis 1-0 atas Myanmar lewat gol dari titik penalti yang dieksekusi dengan sempurna oleh Alfin Ismail Tuasalamony pada menit ke-36. Apakah gol penalti itu masuk dalam hitungan keberuntungan?
Oke, kalau memang ada yang menganggap itu keberuntungan. Sah-sah saja. Tapi perlu diingat pula, gol tersebut tercipta hasil permainan di lapangan. Artinya, strategi yang diterapkan RD plus implementasi para pemain di lapangan yang baik dalam menerjemahkan instruksi pelatih, membuat situasi itu bisa terjadi.
Pada pertandingan itu, RD melakukan sebuah perubahan taktik yang cukup radikal dari tiga laga sebelumnya. Ya, dari tiga laga melawan Kamboja, Thailand, dan Timor Leste, pelatih berusia 47 tahun itu menerapkan pola 4-2-3-1. Tapi ketika menghadapi Myanmar di laga terakhir, RD menerapkan skema 4-4-2. Di bawah mistar gawang ada Andritany Ardhiyasa, yang tampil cukup tenang pada laga itu. Untuk lini belakang, empat yang diandalkan adalah Alfin, Manahati Lestusen, Mokhammad Syaifuddin, dan Diego Robbie Michiels.
Selanjutnya, Rizky Pellu dan Dedi Kusnandar diduetkan sebagai gelandang jangkar. Sementara Rizki Ramdani Lestaluhu dan Bayu Gatra diinstruksikan untuk bermain menusuk lewat sayap. RD pun memainkan secara bersamaan dua strikernya di laga itu; Yandi Sofyan Munawar dan Fandi Eko Utomo. Tentu saja, itu supaya bisa memberikan tekanan lebih terhadap lini pertahanan skuat yang dilatih Park Sung-hwa.
Dalam aplikasinya, transisi skema pun terjadi ketika menyerang menjadi 3-5-2. Dedi Kusnandar sedikit ditarik ke belakang, serta dua full back Alfin dan Diego naik membantu penyerangan. Daya jelajah yang cukup tinggi dari Rizky Pellu mampu menjadi penetralisir di lini tengah ketika menyerang maupun saat diserang. Di samping itu, para pemain juga bermain cukup disiplin dan tenang. Strategi ini pun bisa dibilang sukses untuk membuat para pemain Myanmar tertekan.
Selain itu, pergantian pemain cukup tepat dilakukan RD dalam laga tersebut. Andik Vermansah dimasukkan pada menit ke-63 untuk menggantikan posisi Ramdani. Kemudian, pada menit ke-83 RD menggantikan Yandi dengan Egi Melgiansyah supaya tim lebih kuat dalam bertahan.
Sayang, meski serangan yang dilakukan para pemain Indonesia cukup bervariasi baik dari sisi sayap maupun tengah, namun penyelesaian akhir masih menjadi kendala. Tim juga masih sedikit lengah ketika terjadi eksekusi bola-bola mati yang dilakukan oleh para pemain Myanmar. Ketika terjadi tendangan bebas terlihat beberapa kali para pemain Myanmar mampu lepas dari pengawasan pemain. Beruntung, mereka gagal memanfaatkan peluang tersebut.
Bertemu Malaysia
Berbagai kelemahan tersebut harus segera dibenahi oleh para penggawa Garuda Muda. Pasalnya, pada laga semi-final 19 Desember nanti mereka akan bertemu Malaysia. Malaysia lolos ke semi-final dengan status juara grup A, setelah menang tipis 2-1 atas Vietnam, Selasa (17/12) kemarin.
Kemenangan Malaysia atas Vietnam juga patut dicermati. Hasil itu juga merupakan buah kecerdikan dari pelatih Ong Kim Swee yang menerapkan strategi serangan balik akibat kondisi beberapa pemainnya tidak fit 100 persen.
Para pemain tim Harimau Muda pun bermain sangat efektif. Mereka mampu mencetak dua gol lewat skema serangan balik yang cermat. Sementara Vietnam yang tampil menyerang sepanjang pertandingan, dibuat frustasi dan baru bisa mencetak gol pada menit ke-90+4 melalui kaki Hoang Thien Le.
Dengan kata lain, para pemain Malaysia juga mampu tampil disiplin dan secara organisasi permainan juga baik. Selain itu, Timnas U-23 juga harus menyiapkan mental untuk mengantisipasi terjadinya penentuan melalui adu penalti. Mengingat pada final SEA Games 2011 Andik Vermansah dan kawan-kawan takluk lewat adu penalti dari Malaysia dengan skor 5-4.
Dari segi recovery, Timnas U-23 sedikit diuntungkan lantaran memiliki waktu istirahat dua hari jelang semi-final. Sedangkan Malaysia hanya satu hari. Namun, Malaysia diuntungkan dari segi pengenalan kondisi lapangan lantaran sudah menjalani empat laga grup A di Zayarthiri Stadium, Nay Pyi Taw, yang menjadi lokasi laga empat besar.
Menarik menunggu laga kedua tim yang bakal sarat gengsi dan emosi. Timnas U-23 diperkirakan tetap akan mencoba mengambil inisiatif menekan lebih dulu. Sementara Malaysia, yang masih dilanda kelelahan bakal memainkan strategi seperti ketika menaklukkan Vietnam. Yang akan menjadi kunci pada laga nanti adalah ketenangan dan kedisiplinan para pemain dari kedua tim.
.
Bagaimana tidak, setelah sempat merasa pesimistis dengan peluang untuk lolos lantaran kalah dalam selisih gol dari Myanmar, pada akhirnya semangat para penggawa Garuda Muda kembali membubung setelah mengetahui bahwa penentuan untuk lolos adalah dengan sistem head-to-head.
Seperti diketahui, sebelum laga melawan Myanmar, Timnas U-23 baru mengoleksi poin empat dengan selisih gol minus dua. Sebaliknya, tim tuan rumah yang berada di peringkat kedua surplus lima gol dengan poin tujuh.
Jika penentuannya menggunakan sistem selisih gol lebih dulu, maka Rizki Ramdani Lestaluhu dan kawan-kawan harus menang atas Myanmar dengan margin minimal empat gol. Jelas, itu merupakan tugas yang berat, meski kemungkinan terjadi tetap ada, mengingat performa apik yang ditampilkan Kyaw Ko Ko dan kawan-kawan dalam tiga pertandingan sebelumnya.
Namun, jika penentuannya menggunakan sistem head to head, yang dilihat adalah hasil dari pertandingan saat kedua tim bentrok. Praktis, dengan sistem ini Timnas U-23 hanya butuh menang atas Myanmar - berapapun skornya. Sedangkan Myanmar hanya butuh hasil imbang.
Pada kenyataannya, Garuda Muda mampu menang tipis 1-0 atas Myanmar lewat gol dari titik penalti yang dieksekusi dengan sempurna oleh Alfin Ismail Tuasalamony pada menit ke-36. Apakah gol penalti itu masuk dalam hitungan keberuntungan?
Oke, kalau memang ada yang menganggap itu keberuntungan. Sah-sah saja. Tapi perlu diingat pula, gol tersebut tercipta hasil permainan di lapangan. Artinya, strategi yang diterapkan RD plus implementasi para pemain di lapangan yang baik dalam menerjemahkan instruksi pelatih, membuat situasi itu bisa terjadi.
Pada pertandingan itu, RD melakukan sebuah perubahan taktik yang cukup radikal dari tiga laga sebelumnya. Ya, dari tiga laga melawan Kamboja, Thailand, dan Timor Leste, pelatih berusia 47 tahun itu menerapkan pola 4-2-3-1. Tapi ketika menghadapi Myanmar di laga terakhir, RD menerapkan skema 4-4-2. Di bawah mistar gawang ada Andritany Ardhiyasa, yang tampil cukup tenang pada laga itu. Untuk lini belakang, empat yang diandalkan adalah Alfin, Manahati Lestusen, Mokhammad Syaifuddin, dan Diego Robbie Michiels.
Selanjutnya, Rizky Pellu dan Dedi Kusnandar diduetkan sebagai gelandang jangkar. Sementara Rizki Ramdani Lestaluhu dan Bayu Gatra diinstruksikan untuk bermain menusuk lewat sayap. RD pun memainkan secara bersamaan dua strikernya di laga itu; Yandi Sofyan Munawar dan Fandi Eko Utomo. Tentu saja, itu supaya bisa memberikan tekanan lebih terhadap lini pertahanan skuat yang dilatih Park Sung-hwa.
Dalam aplikasinya, transisi skema pun terjadi ketika menyerang menjadi 3-5-2. Dedi Kusnandar sedikit ditarik ke belakang, serta dua full back Alfin dan Diego naik membantu penyerangan. Daya jelajah yang cukup tinggi dari Rizky Pellu mampu menjadi penetralisir di lini tengah ketika menyerang maupun saat diserang. Di samping itu, para pemain juga bermain cukup disiplin dan tenang. Strategi ini pun bisa dibilang sukses untuk membuat para pemain Myanmar tertekan.
Selain itu, pergantian pemain cukup tepat dilakukan RD dalam laga tersebut. Andik Vermansah dimasukkan pada menit ke-63 untuk menggantikan posisi Ramdani. Kemudian, pada menit ke-83 RD menggantikan Yandi dengan Egi Melgiansyah supaya tim lebih kuat dalam bertahan.
Sayang, meski serangan yang dilakukan para pemain Indonesia cukup bervariasi baik dari sisi sayap maupun tengah, namun penyelesaian akhir masih menjadi kendala. Tim juga masih sedikit lengah ketika terjadi eksekusi bola-bola mati yang dilakukan oleh para pemain Myanmar. Ketika terjadi tendangan bebas terlihat beberapa kali para pemain Myanmar mampu lepas dari pengawasan pemain. Beruntung, mereka gagal memanfaatkan peluang tersebut.
Bertemu Malaysia
Berbagai kelemahan tersebut harus segera dibenahi oleh para penggawa Garuda Muda. Pasalnya, pada laga semi-final 19 Desember nanti mereka akan bertemu Malaysia. Malaysia lolos ke semi-final dengan status juara grup A, setelah menang tipis 2-1 atas Vietnam, Selasa (17/12) kemarin.
Kemenangan Malaysia atas Vietnam juga patut dicermati. Hasil itu juga merupakan buah kecerdikan dari pelatih Ong Kim Swee yang menerapkan strategi serangan balik akibat kondisi beberapa pemainnya tidak fit 100 persen.
Para pemain tim Harimau Muda pun bermain sangat efektif. Mereka mampu mencetak dua gol lewat skema serangan balik yang cermat. Sementara Vietnam yang tampil menyerang sepanjang pertandingan, dibuat frustasi dan baru bisa mencetak gol pada menit ke-90+4 melalui kaki Hoang Thien Le.
Dengan kata lain, para pemain Malaysia juga mampu tampil disiplin dan secara organisasi permainan juga baik. Selain itu, Timnas U-23 juga harus menyiapkan mental untuk mengantisipasi terjadinya penentuan melalui adu penalti. Mengingat pada final SEA Games 2011 Andik Vermansah dan kawan-kawan takluk lewat adu penalti dari Malaysia dengan skor 5-4.
Dari segi recovery, Timnas U-23 sedikit diuntungkan lantaran memiliki waktu istirahat dua hari jelang semi-final. Sedangkan Malaysia hanya satu hari. Namun, Malaysia diuntungkan dari segi pengenalan kondisi lapangan lantaran sudah menjalani empat laga grup A di Zayarthiri Stadium, Nay Pyi Taw, yang menjadi lokasi laga empat besar.
Menarik menunggu laga kedua tim yang bakal sarat gengsi dan emosi. Timnas U-23 diperkirakan tetap akan mencoba mengambil inisiatif menekan lebih dulu. Sementara Malaysia, yang masih dilanda kelelahan bakal memainkan strategi seperti ketika menaklukkan Vietnam. Yang akan menjadi kunci pada laga nanti adalah ketenangan dan kedisiplinan para pemain dari kedua tim.
.